Makna Idul Fitri
Setelah
30 hari kita berpuasa melawan hawa nafsu, haus dan lapar dll pasti kita akan
dipertemukan dengan hari raya idul fitri, nah disini saya akan memberikan
sedikit penjelasan tentang makna dari hari raya itu sendiri.
Arti
Idul Fitri bagi setiap orang yang ada adalah kebahagiaan dan kemenangan,
dimana pada hari itu, semua manusia merasa gembira dan senang karena telah
melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh.
Dalam
tradisi Idul Fitri di Indonesia ditandai dengan adanya ”mudik (pulang kampung)”dan
mereka memakai sesuatu yang baru, mulai dari pakaian baru, sepatu baru, sepeda
baru, mobil baru dan lainnya, Bagaimana sebenarnya makna dari Idul Fitri itu
sendiri. Apakah Idul Fitri cukup ditandai dengan sesuatu yang baru, atau dengan
mudik untuk bersilaturrahim kepada sanak saudara dan kerabat..
Idul
Fitri (kembali suci), adalah Hari raya setelah umat Islam melaksanakan ibadah
puasa Ramadhan satu bulan penuh, dinamakan Idul Fitri karena manusia kembali
suci seperti bayi yang tidak mempunyai dosa dan salah.
Seiring dengan perkembangan jaman, manusia dalam perjalanan hidupnya banyak melupakan Allah serta telah melakukan dosa dan salah kepada Allah dan kepada sesama manusia, untuk memahami kembali makna Idul Fitri (kembali ke fitrah) dengan membangun kembali menjadi hamba-hamba Allah yang taat dan tidak mempunyai dosa. Dosa kepada Allah terhapus dengan jalan bertaubat dan dosa kepada sesama manusia dapat terhapus dengan silaturrahim.
Dosa
merupakan perbuatan manusia karena tidak menjalankan perintah atau melanggar
larangan Allah dan RasulNya.
Bulan
Ramadhan merupakan bulan pengampunan/maghfirah dan bulan Ramadhan menjadi
sarana umat manusia untuk memohon dan meminta pengampunan dari Allah dengan
jalan melaksanakan ibadah puasa dan shalat tarawih. Sebagaimana hadis Rasul:
Barangsiapa yang berpuasa pada bulan ramadhan dengan kepercayaan
bahwa perintah puasa itu dari Allah dan hanya mengharap pahala dari Allah akan
diampuni dosanya (Dari Muhammad bin Salam dari Muhammad bin Faudhail dari Yahya
bin Sa’id dari Abi Salamah dari Abi Hurairah)
Apabila
kita sebagai hamba Allah melaksanakan puasa dan shalat tarawih dengan tulus
mencari ridho dan pahala dari Allah, niscaya dosa dan kesalahan kita kepada
Allah diampuni sehingga kita menjadi hamba Allah yang bersih dari dosa, setelah
dosa kita diampuni Allah, maka tahapan selanjutnya adalah membersihkan dosa
kita kepada sesama manusia.
Idul
Fitri atau kembali ke fitrah akan sempurna apabila terhapusnya dosa kita kepada
Allah diikuti dengan terhapusnya dosa kita kepada sesama manusia, terhapusnya
dosa kepada sesama manusia dengan jalan kita memohon maaf dan memaafkan orang
lain.
Nah,
dengan momentum Idul Fitri kita jadikan sebagai sarana meminta maaf dan
memaafkan orang lain dengan bersilaturrahim (menyambung kasih sayang) baik
kepada suami atau istri, kedua orang tua, anak, keluarga, sanak kerabat,
tetangga serta teman dan relasi kita ketika ada kebencian terhadap mereka.
Sebab kasih sayang merupakan lawan dari kebencian, sehingga orang yang dalam
dirinya ada kebencian pada suami atau istri, orang tua, anak, keluarga, sanak
kerabat, tetangga, teman dan relasi disebut dengan memutus tali silahturahmi,
orang yang memutuskan silahturahmi tidak akan masuk surga.
Di
samping kita meminta maaf, kita harus dan wajib menjadi pribadi pemaaf, memberi
maaf berbeda dengan meminta maaf, kalau memberi maaf terjadi ketika ada orang
yang meminta maaf, sedang meminta maaf adalah orang yang memohon maaf atas
kesalahannya. Dalam surah Ali-Imran (3) ayat 134 :
“Penghuni
surga adalah orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
Semoga
Hari Raya Idul Fitri kali ini dijadikan moment untuk memahami makna Idul Fitri,
dengan maksimalkan bersilaturahim untuk meminta maaf, memberi maaf dan menjadi
seorang pemaaf. Jangan biarkan kedengkian dan kebencian merasuk kembali ke jiwa
kita yang telah fitri (suci)
Comments
Post a Comment