Asal Usul Brebes
Brebes kota Bawang
tidak terasa sudah hampir 3 bulan merantau dikota orang,jadi kangen nih sama kota kelahiran Brebes. walau kotanya kecil dan masih tertinggal tapi namanya kampung halaman ya pasti tetap dibanggakan. untuk mempromosikan Brebes maka saya mencoba menulis artikel ini.
Ada beberapa pendapat asal muasal nama Brebes. Yang
pertama mencoba menghubungkannya dengan keadaan alamiah daerah Brebes
yang pada awal mulanya konon mempunyai banyak air dan sering tergenang
air, bahkan ada kemungkinan masih berupa rawa-rawa. Mengingat banyak
air yang merembes,
Munculah kemudian nama Brebes, yang selanjutnya mengalami
"verbastering" (perubahan) menjadi Brebes. Pendapat kedua mencoba
menalikannya dengan peri masuknya agama Islam pada awal mulanya ke
Brebes, yang sekalipun dihalang-halangi namun ternyata masih juga
merembes, yang dalam bahasa daerah disebut disebut "berbes". Oleh
karenanya muncullah kemudian nama Berbes, yang selanjutnya berubah
menjadi Brebes. Pendapat yang ketiga mencoba menerangkan asal muasal
nama Brebes dari kata-kata "bara" dan "basah".
"Bara" berarti hamparan tanah datar yang luas,
sedang "basah" berarti banyak mengandung air. Kedua-duanya cocok dengan
keadaan daerah Brebes, yang kecuali merupakan air. Kedua-duanya cocok
dengan keadaan daerah Brebes yang kacuali merupakan dataran luas, juga
mengandung banyak air, karena perkataan "bara" diucapkan "bere", sedang
"basah" diucapkan "beseh", pada akhirnya lahirlah perkataan "Bere
basah", yang untuk mudahnya kemudian telah berubah menjadi Brebes.
Ada pula terdapat ceritera yang berkaitan denga kata yang akhirnya menjadi kota Brebes yaitu:
Diantaranya Salem-Bantarkawung terdapat gunung
bernama "Baribis" dari gunung Baribis tersebut mengalir sungai
"Baribis" yang mengalir melalui dataran bagian utara bermuara di laut
Jawa dan setelah bergabung dengan aliran sungai-sungai yang alin
merupakan sungai besar dipantai utara Jawa. Sungai Baribis ini, pada
jaman dulu dianggap sebagai sungai yang bertuah = angker (Jawa) dan
konon sungai tersebut juga banyak buayanya. Orang-orang tua pada saat
itu banyak yang melarang anak cucunya untuk datang, menyeberangi, mandi
dan sebagainya disungai tersebut. Terlebih dalam saat berperang orang
tua selalu memberikan peringatan-peringatan yang melarang
melangkahi/menyeberangi sungai tersebut. Untuk meyakinkan hal ini, mka
terungkaplah sebuah legenda tentang perang Arya Bangah dengan Ciyung
Wanara. Akibat menyeberangi sungai Baribis tersebut, Arya Bangah
mengalami kekalahan.
Dari kepercayaan akan hal tersebut maka sungai
Baribis itu dijadikan peringatan = pepenget = pepeling = pepali =
larangan agar jangan sampai pada saat berperang melangkahi =
menyeberangi sungai tersebut.
Karena sungai Baribis menjadi larangan dari kaum
tua, maka sungai Baribis dikenal sebagai larangan, atau sungai pepali
atau pemali, yang berarti pepalan atau larangan.
Jadi dahulu menurut tutur beberapa orang tua di
daerah Brebes selatan sungai Pemali itu semula bernama sungai Baribis
yang bermata air dari gunung Baribis. Kemungkinan itu sebabnya, daerah
ini disebut daerah Baribis, yaitu daerah aliran sungai Baribis dan dari
kata Baribis ini menjadi Brebes.
Kalau kita perhatikan dengan seksama, nama-nama
tempat si pulau Jawa ternyata merupakancermin dari keadaan alam
disekitar masyarakat yang mendiami tempat-tempat itu dan cara berpikir
mereka. Nama-nama itu bisa kita bedakan dalam dua golongan besar. Yang
pertama, yang secara spontan telah lahir dari masyarakat di kota-kota
itu sendiri, sedang yang kedua, yang dengan sengaja telah diberikan
atau diperintahkan oleh suatu penguasa untuk dipakai, misalnya nama
Surakarta Adiningrat, yang mula-mula telah dipergunakan oleh Sultan
Pakubuwana II pada tahun 1745 untuk menyebut nama-nama tempat yang: 1.
Berasal dari nama-nama tanaman, 2. Berasal dari nama-nama binatang, 3.
Berasal dari nama-nama benda tambang, 4. Berasal dari nama-nama orang,
5. Mengingatkan kita pada suatu keistimewaan topografis.
Nama kota Brebes termasuk dalam katagori yang
kelima. Dalam bahasa Jawa perkataan Brebes atau Mrebes berarti "tansah
metu banyune" artinya "selalu keluar airnya" dan nama ini telah lahir,
mengingat pada awal mula sejarahnya, keadaan lahan di kawasan kota
Brebes sekarang ini memang selalu keluar airnya. Adapun kota-kota lain
yang juga memiliki nama-nama semacam itu, artinya yang telah lahir
berdasarkan keadaan tanahnya pada awal mula sejarahnya, bisa kita
sebutkan antara lain nama-nama kota Blora di daerah Jawa Tengah dan
Jember di Jawa Timur. Nama Blora telah muncul oleh keadaan tanah di
kawasan kota itu pada mula sejarahnya memang masih berupa rawa-rawa,
sesuai dengan arti perkataan Blora atau Balora, yang merupakan sebuah
perkataan bahasa Jawa kuna yang berarti rawa, sedang nama kota Jember
telah lahir, mengingat pada awal mula sejarahnya keadaan tanah di
kawasan kota memang benar-benar jember atau njember, sebuah perkataan
dalam bahasa Jawa berarti reged ajenes, artinya kotor dan mengandung
air.
Dari sumber yang dapat diketemukan, pada tahun 1640 /
1641, nama Brebes itu sudah mulai tercantum di dalam penulisan /
laporan / daftar harian yang dibuat oleh VOC. Makin kesini makin banyak
uraiannya, meskipun hanya dalam hal sebagai tujuan atau persinggahan
pengiriman barang-barang penting dan bahan pokok, misalnya alat-alat
untuk kompeni (VOC), bahan pakaian, bahan makanan dan sebagainya.
Nama Brebes itu sendiri pernah ditulis: Barbas,
Barbos atau Brebes. Dari nama dan bagaimanapun juga asal muasalnya atau
apapun juga makna nama Brebes itu, kiranya bukanlah masalah bagi
penduduk Brebes masa kini. Yang penting adalah mengambil hikmah dari
dalamnya. Suatu kenyataan Wilayah Kabupaten brebes dianalisa dari segi
lahan/tanah, curah hujan serta iklimnya, mempunyai prospek/masa depan
yang cerah. Segala faktor penghambatannya Insya Allah akan dapat
diatasi oleh generasi penerusnya.
http://brebeskab.go.id
Comments
Post a Comment